Jumat, 15 Februari 2013
Tips Mengajar yang baik
02.21
No comments
Mengetahui bagaimana otak bekerja memberi kesempatan kepada
pendidik untuk membuat lingkungan belajar yang bisa memberi tingkat
keberhasilan belajar yang tinggi bagi murid. Dengan memanfaatkan prinsip
pembelajaran berdasarkan cara kerja otak berikut ini, bisa meningkatkan hasil
murid di kelas.
1. Murid-murid punya gaya
belajar yang berbeda
2. 50% adalah pelajar
visual (penglihatan), mereka lebih menyukai dan mengerti gambar-gambar, grafik,
dan tulisan di buku dibandingkan dengan ceramah.
3. 30% adalah pelajar
kinestetik (perabaan, gerakan), mereka lebih membutuhkan aktivitas yang
berdasarkan perabaan dan pergerakan.
4. 20% adalah pelajar
auditori (suara/pendengaran), mereka belajar dengan baik ketika mereka
berbicara tentang apa yang mereka pelajari
5. Otak bekerja lebih
baik saat berada pada keadaan emosi yang positif. Murid harus merasa aman
secara fisik dan emosi sebelum otaknya siap untuk belajar. Guru bisa membuat
situasi lingkungan belajar yang positif dengan memberi dorongan dan pujian pada
usaha –usaha yang dilakukan murid.
6. Otak belajar informasi
baru melalui modul-modul kecil. Penelitian tentang otak menyatakan bahwa
anak-anak usia antara 5-13 tahun belajar paling baik saat mereka diberi
informasi 2-4 modul. Anak-anak usia 14 ke atas bisa belajar sampai dengan 7
modul pada saat yang sama. Guru harus merencanakan batasan ini dan mengajarkan
materi dalam bentuk modul-modul kecil.
7. Otak juga bekerja
menurut jadwal waktu tertentu. Anak-anak usia 5-13 tahun belajar paling baik
dengan penambahan waktu 5-10 menit. Anak usia 14 tahun ke atas belajar dengan
peningkatan waktu sampai dengan 10-20 menit. Kadang-kadang, guru bisa
menambahkan batasan waktu ini melalui bantuan yang positif.
8. Anak-anak belajar
dengan baik jika materi baru diajari lebih dulu dan materi sebelumnya diulang
saat akhir pelajaran
9. Sangat baik bagi guru
untuk mengajar pada unit-unit yang pendek (1-2 bagian pada satu waktu) dan
kemudian memberi waktu aktivitas bagi murid. Murid memerlukan waktu untuk
mempraktekkan keahlian yang mereka pelajari.
10. Murid memerlukan
sedikit waktu untuk mengistirahatkan otaknya terhadap tugas tertentu. Memberi
waktu bebas antara satu pelajaran ke pelajaran lain bisa meningkatkan fokus
murid. Sebagai contoh, memberi murid waktu untuk berdiri dan meregangkan otot,
mengobrol sekitar 2 menit, dan lain-lain. Otak akan lebih siap untuk tugas dan
menyimpan informasi.
11. Membiarkan murid
untuk minum air putih selama waktu belajar. Penelitian menunjukkan bahwa
kekurangan cairan menyebabkan kadar garam yang lebih tinggi di dalam darah yang
bisa meningkatkan tekanan dalam darah dan ketegangan. Kekurangan cairan juga
menyebabkan berkurangnya perhatian. Idealnya murid harus minum 6-8 gelas air
sehari supaya cukup cairan tubuh.
12. Ambil kesempatan saat
energi murid sedang tinggi. Ada saat-saat level energi tinggi dan rendah selama
waktu sekolah. Misalnya, kebanyakan murid energinya rendah saat pagi hari
(terutama pada remaja) dan lebih tinggi setelah makan siang. Tingginya level
energi berhubungan dengan naiknya level perhatian. Guru harus mengambil
kesempatan saat level energi sedang tinggi untuk mengajar materi yang lebih
penting di saat tersebut.
13. Menyediakan ruang
pribadi yang cukup untuk murid. Lebih banyak ruang pribadi mengurangi
ketegangan pelajar.
14. Sediakan waktu saat
akhir pelajaran untuk berpikir dan berdiskusi tentang topik yang dipelajari.
Mengerti topik tidak harus langsung saat diajarkan, tapi bisa terjadi nanti.
Memanfaatkan waktu dan pengulangan sangat penting pada lingkungan belajar.
Apakah Anak Anda Susah Di Atur ??? Mengapa Anak Susah Di Atur ??/
01.47
No comments
By: Eva rustiana
Apakah Anak Anda Susah Di Atur ??? Mengapa Anak Susah Di Atur ???
Anak Anda sulit diatur, tak mau belajar, egois, manja, atau suka melawan?
Jangan langsung menyalahkan anak, orang-orang di sekitarnya, atau "keadaan" bila si kecil menjadi anak yang bermasalah. Sebab, apa pun yang menjadi keluhan orangtua tentang anaknya, sebenarnya adalah kesalahan orang tuaitu sendiri.
"Kebanyakan orangtua menyalahkan anak-anak mereka. Padahal, orangtua seharusnya mau melihat ke dalam dirinya, apa yang salah sehingga anak sulit diatur," ujar Melly Kiong, penulis buku Cara Kreatif Mendidik Anak dalam talkhow bertema "Menjadi Orangtua Idaman bagi Putra-Putri Tercinta" di Kidzania, Pacific Place, Jakarta, Sabtu (23/4/2011).
Menurut dia, anak menjadi "bermasalah" karena mereka ingin menunjukkan ketidaksepakatan mengenai sikap orangtua mereka. Bila Anda bertanya kepada anak, adakah hal yang mereka keluhkan mengenai diri Anda, mereka mungkin akan mengatakan bahwa Anda galak, sok tahu, sok sibuk, tukang ngatur, egois, diktator, atau terlalu memanjakan. Oleh karena itulah, Melly menyimpulkan, apa pun yang terjadi pada anak, adalah karena orangtuanya.
"Jangan menyalahkan anak-anak jika mereka senang main game. Yang membelikan game kan orangtuanya," ujar Melly memberi contoh.
Masih banyak contoh perilaku kurang baik dari anak yang sebenarnya dipicu oleh perilaku orangtua yang tidak menyenangkan. Misalnya, Melly menambahkan, anak-anak suka melawan karena orangtuanya diktator. Anak-anak manja karena orangtuanya memang terlalu memanjakan. Anak-anak egois karena orangtuanya pun egois.
"Kita pernah menjadi anak-anak, sedangkan anak-anak tidak pernah menjadi kita, orangtua. Oleh karena itu, dalam mendidik anak, masuklah ke dalam posisi anak kita, bukan memaksakan kehendak kita sendiri," tambah Melly. Kesalahan orangtua lainnya adalah sering terlalu cepat menyimpulkan perilaku anak yang dianggap tidak sesuai nilai-nilai yang dimiliki.
Bila anak-anak menunjukkan sikap yang sulit diatur, Anda bisa mencoba mengatasinya dengan melakukan beberapa cara berikut:
1. Melibatkan anak untuk membuat aturan bersama sehingga ketika ia melanggar, ia bisa diingatkan lagi mengenai aturan-aturan yang telah disepakatinya. Buat konsekuensi dari pelanggaran tersebut berupa hukuman yang juga disetujui oleh anak. Jadi ketika mendapat hukuman, anak tidak kaget lagi karena ia yang menyetujui konsekuensi tersebut.
2. Bangun mental juang anak-anak. Biasakan agar anak mendapatkan sesuatu dengan perjuangan. Misalnya ia akan mendapatkan mainan apabila dapat membuat prestasi tertentu. Bahkan untuk uang jajan, biasakan memberinya sesuai kebutuhan anak. Jika anak menginginkan lebih, anak harus melakukan sesuatu yang bermanfaat atau membanggakan agar bisa mendapatkan uang lebih tersebut.
3. Bangun kepercayaan diri mereka. Biasakan untuk memuji setiap perbuatan baik yang dilakukan anak di rumah, sekecil apa pun, untuk membangun kepercayaan dirinya. Berikan sebutan-sebutan yang membuat anak bangga kepada dirinya seperti "si pintar" atau "si cantik" atau "si cerdas".
4. Bangun "Museum Kasih Ibu". Abadikan setiap momen bersama anak-anak. Misalnya menyimpan tiket bioskop ketika nonton bersama, menyimpan tiket pesawat ketika melakukan liburan bersama, atau menyimpan foto dan video kenangan dengan baik. Semua benda kenangan tersebut dapat dibuka dan dikenang bersama anak-anak suatu hari, untuk mengingatkan anak-anak akan masa-masa bahagia bersama ibu dan ayah.
5. Buat catatan-catatan yang mendekatkan ibu dengan anak. Misalnya sebelum anak berangkat sekolah, tuliskan catatan-catatatan tentang betapa sayangnya Anda kepada anak, lalu masukkan ke dalam kotak pensil. Atau tempelkan kertas berisi pesan-pesan sayang Anda di kulkas ketika Anda akan bertugas ke luar kota agar anak selalu merasa dekat dengan Anda. Buat pesan-pesan yang menyentuh anak sehingga anak mengerti apa yang boleh dan tidak boleh dilakukannya tanpa merasa diperintah.
Hal-hal yang memengaruhi kesuksesan adalah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual, dan ketahanan menghadapi masalah. "Kecerdasan intelektual bisa dipertajam dengan pendidikan formal di sekolah. Namun kecerdasan emosi, spiritual, dan ketahanan menghadapi masalah adalah tugas ibu untuk melatih anak-anaknya,"
Jawaban, Instruksi, Pertanyaan
01.23
No comments
Oleh. Ari Wahyono
![]() |
Jawaban dibentuk oleh pertanyaan |
Tiba-tiba seorang guru mengeluh di kantor, ia memegangi kepalanya sambil bergumam :"saya telah gagal dalam mendidik anak-anak 3 tahun ini!". Pernyataan guru ini membuat rekan kerjanya terkejut. Dan bertanya "mengapa bapak mengatakan ini?".
Sang guru tadi, menyodorkan sebendel tulisan dari anak-anak didik mereka yang diberikan oleh guru BK, yang juga rekan kerja sejawatnya.
Guru-guru yang lain segera membaca dan menemukan redaksi-redaksi khas anak-anak pelajar seusia SMA. antara lain tulisannya :
"Pelajaran bapak X ga enak, enakan main dan mancing"
"Pak X Galak, ga ngerti anak muda. Matematika saja kok bikin susah. Kalau bisa ganti guru-ganti guru saja"
"Pak X sok tahu, maunya menang sendiri"
............cut off....
Pembaca yang budiman, kita mungkin pernah mengalami hal ini. Namun mari kita mencoba lebih cermat sebelum benar-benar terkena efek dari lembar-lembar tadi.
Pertanyaan dan instruksi menentukan jawaban
Pak X di kasus diatas seharusnya tidak perlu shock dulu. Karena pertanyaannya kan belum tahu. Bagaimana anak-anak menjawab kan tergantung dari bagaimana dan apa materi pertanyaan atau instruksinya. Bisa saja pertanyaanya :
- Tuliskan kalimat paling buruk yang akan kau sampaikan kepada pak X jika pak X galak?
- Tuliskan saran dan kritik untuk pak X yang paling ekstreme?
- Tuliskan pendapatmu tentang pak X pengajar matematika kita?
nah jawabannya kan tidak mewakili pak X bukan?
Karena anak-anak memang diperintahkan membuat jawaban dari pertanyaan seperti itu. Coba kita simulasi misalkan pertanyaanya begini:
- Meskipun pak X keras dalam mengajar, Tuliskan sisi paling positif dari diri beliau yang engkau kenal? Apa hal terbaik dari beliau?
- Hikmah apa yang engkau temukan selama didampingi pak X dalam belajar matematika?
Nah, nuansa jawabannya sungguh akan jauh berbeda.
Presisi dalam bertanya, merespon dan menjawab penilaian
Banyak orang diluar sana yang memperoleh penilaian sedikit sudah gusar dan galau. Sebelum mereka mengerti persis mengapa penilaian itu sampai kepada nya.
Oleh karena itu, dalam berbahasa. Menemukan kejadian sebenarnya adalah penting. Yang akan membuat kita mengerti secara persis dan merespon dengan akurat atas statement yang diarahkan kepadanya.
Selamat belajar berbahasa. sekian.
Rabu, 06 Februari 2013
19.29
No comments
Tahukah Gaya Belajar Anak Anda?
Setiap anak memiliki gaya belajar sendiri yang merupakan ciri khas
mereka. Anda dapat membantu anak belajar dengan mencari tahu gaya
belajar mereka dan menentukan metode yang paling efektif untuk
merumuskan informasi yang membuat mereka dapat memroses pengetahuan
menjadi lebih mudah dan lebih mengerti.
Tiga gaya belajar utama adalah visual, auditori dan kinestetik.
Gaya belajar visual, anak berpikir dalam gambar dan gambar. Pikiran mereka seperti kamera video mini yang selalu diatur dalam rekaman (untuk mengingat sebuah materi, mereka cenderung lebih mudah mengembalikan ingatan dengan menampilkan gambar di kepala mereka). Seorang pembelajar visual akan melakukannya dengan baik di ruang kelas jika sebagian besar informasi disajikan dalam metode visual.
Siswa dengan gaya visual selalu membaca, melihat dan mengamati orang lain di sekitar mereka. Dan pastikan bahwa Anda, gambar, video dan komputer sebagai penjaga perhatian anak. Anak-anak dengan gaya belajar visual juga suka menulis, menggambar dan mengatur/menyusun sesuatu.
Gaya auditori; Peserta didik yang memiliki keterampilan mendengarkan adalah seorang dengan pendengaran unggul dan memiliki kemampuan sensitif pada sedikit kata-kata, nada dan makna secara keseluruhan. Siswa yang sering berbicara dan / atau bernyanyi untuk diri mereka sendiri biasanya adalah seorang auditori. Anak auditori suka mengambil bagian dalam diskusi tetapi mudah terganggu oleh suara-suara dari luar, percakapan lain yang terjadi pada saat yang sama atau musik. Biarkan siswa anda untuk berbicara/bertanya pada proses pembelajaran dalam mencapai solusi dan terbuka untuk kebutuhan mereka ( selalu minta pengulangan penjelasan).
Gaya kinestetik; Anak dengan gaya ini selalu ingin belajar dengan mengalami dan menyentuh (terlibat langsung). Mereka harus melakukan ini dalam belajar agar memori langsung terkait dengan interaksi tubuh. Anak dengan gaya Kinestetik, terkadang mengalami kesulitan di dalam kelas karena materi dalam proses pembelajaran sering beroreantasi pada pendengaran dan visual. Guru, biasanya juga tidak mengizinkan siswa bergerak di sekitar kelas ( saat proses belajar) dan menyentuh/mengutak-atik sesuatu. Tetapi mereka unggul, dalam kegiatan seperti drama, olahraga dan berkesenian (aktivitas yang melibatkan anggota tubuh mereka).
Untuk anak dengan gaya kinestetik, proses belajar dapat diberikan melalui kegiatan-kegiatan yang memungkinkan anak Anda untuk menyentuh, mengeksplorasi, bermain, melakukan dan menciptakan. Karena jenis gaya belajar ini biasanya tidak memvisualisasikan atau mempertahankan informasi hanya dengan mendengarkan, Anda perlu merancang kegiatan yang memungkinkan mereka untuk berinteraksi dengan indra peraba.
Pada akhirnya tidak ada gaya belajar tertentu yang lebih baik daripada yang lain, itu semua adalah ciri khas masing-masing yang tidak perlu harus diubah. Orangtua dan guru berfungsi untuk mengarahkan dan memfasilitasi agar dapat maksimal dalam memproses informasi.
Pada umumnya setiap anak memiliki satu gaya belajar utama, tetapi juga memiliki campuran dari semua gaya yang memungkinkan mereka untuk mengakses informasi dan melihat dunia di sekitar mereka dengan ciri khasnya sendiri.
Sumber: Jane Saeman dengan judul asli: Do You Know Your Child's Learning Style? (http://www.edarticle.com/)
Jane Saeman runs an In-Home Tutoring service called Aim High Tutors. Find out about how to help your student reach their full potential at http://www.aimhightutors.com/blog.
Tiga gaya belajar utama adalah visual, auditori dan kinestetik.
Gaya belajar visual, anak berpikir dalam gambar dan gambar. Pikiran mereka seperti kamera video mini yang selalu diatur dalam rekaman (untuk mengingat sebuah materi, mereka cenderung lebih mudah mengembalikan ingatan dengan menampilkan gambar di kepala mereka). Seorang pembelajar visual akan melakukannya dengan baik di ruang kelas jika sebagian besar informasi disajikan dalam metode visual.
Siswa dengan gaya visual selalu membaca, melihat dan mengamati orang lain di sekitar mereka. Dan pastikan bahwa Anda, gambar, video dan komputer sebagai penjaga perhatian anak. Anak-anak dengan gaya belajar visual juga suka menulis, menggambar dan mengatur/menyusun sesuatu.
Gaya auditori; Peserta didik yang memiliki keterampilan mendengarkan adalah seorang dengan pendengaran unggul dan memiliki kemampuan sensitif pada sedikit kata-kata, nada dan makna secara keseluruhan. Siswa yang sering berbicara dan / atau bernyanyi untuk diri mereka sendiri biasanya adalah seorang auditori. Anak auditori suka mengambil bagian dalam diskusi tetapi mudah terganggu oleh suara-suara dari luar, percakapan lain yang terjadi pada saat yang sama atau musik. Biarkan siswa anda untuk berbicara/bertanya pada proses pembelajaran dalam mencapai solusi dan terbuka untuk kebutuhan mereka ( selalu minta pengulangan penjelasan).
Gaya kinestetik; Anak dengan gaya ini selalu ingin belajar dengan mengalami dan menyentuh (terlibat langsung). Mereka harus melakukan ini dalam belajar agar memori langsung terkait dengan interaksi tubuh. Anak dengan gaya Kinestetik, terkadang mengalami kesulitan di dalam kelas karena materi dalam proses pembelajaran sering beroreantasi pada pendengaran dan visual. Guru, biasanya juga tidak mengizinkan siswa bergerak di sekitar kelas ( saat proses belajar) dan menyentuh/mengutak-atik sesuatu. Tetapi mereka unggul, dalam kegiatan seperti drama, olahraga dan berkesenian (aktivitas yang melibatkan anggota tubuh mereka).
Untuk anak dengan gaya kinestetik, proses belajar dapat diberikan melalui kegiatan-kegiatan yang memungkinkan anak Anda untuk menyentuh, mengeksplorasi, bermain, melakukan dan menciptakan. Karena jenis gaya belajar ini biasanya tidak memvisualisasikan atau mempertahankan informasi hanya dengan mendengarkan, Anda perlu merancang kegiatan yang memungkinkan mereka untuk berinteraksi dengan indra peraba.
Pada akhirnya tidak ada gaya belajar tertentu yang lebih baik daripada yang lain, itu semua adalah ciri khas masing-masing yang tidak perlu harus diubah. Orangtua dan guru berfungsi untuk mengarahkan dan memfasilitasi agar dapat maksimal dalam memproses informasi.
Pada umumnya setiap anak memiliki satu gaya belajar utama, tetapi juga memiliki campuran dari semua gaya yang memungkinkan mereka untuk mengakses informasi dan melihat dunia di sekitar mereka dengan ciri khasnya sendiri.
Sumber: Jane Saeman dengan judul asli: Do You Know Your Child's Learning Style? (http://www.edarticle.com/)
Jane Saeman runs an In-Home Tutoring service called Aim High Tutors. Find out about how to help your student reach their full potential at http://www.aimhightutors.com/blog.